Sebuah Ungkapan Rasa


Kota ini masih saja setia dengan udara panasnya. Tak peduli pagi, siang atau malam, udara panas tetap menjadi sahabat karib kota ini. Seperti malam ini. Udara panas seperti malam-malam sebelumnya. Tak ada dingin yang merasuk kulit seperti suasana malam di kota kelahiranku.
Malam ini seiring dengan panasnya kota karang ini, ada rasa tak nyaman yang ku rasakan. Entah aku harus menyebutnya apa. Aku tak suka bila harus menyebutnya perpisahan ataupun kehilangan. Terlalu sakit rasanya jika harus berhadapan dengan dua hal tersebut ataupun salah satunya. Tapi tak bisa ku pungkiri, malam ini aku merasakan apa itu namanya perpisahan.
Bagiku kamu seperti saudara perempuanku selama berada di kota ini. Saudara seiman yang seringkali mengingatkanku bila aku mulai melalaikan perintahNya. Saudara yang selalu menggenggam kuat tanganku saat aku merasa takut yang tak berkesudahan. Saudara yang selalu memelukku erat saat aku merasa jatuh dan sakit. Saudara yang selalu bisa membuatku tersenyum dan percaya bahwa aku tak pernah sendiri di sini. Saudara yang tak sedarah tapi darahku juga ikut berdesir jika ada sesuatu hal yang terjadi padamu.
Esok adalah hari dimana kamu meninggalkan kota karang. Meninggalkanku terpapar matahari yang menyengat di kota ini. Meninggalkanku bermain pasir tanpamu. Meninggalkanku menikmati senja-senja indah tanpamu. Meninggalkanku menapaki setiap jengkal garis pantai sendiri. Ahhh..tidak, aku tak menyalahkanmu pergi meninggalkan kota ini dan meraih mimpimu di tempat kerjamu yang baru. Tapi aku hanya merasa kehilanganmu.
Terima kasih saudaraku. Terima kasih selalu bersamaku dalam satu tahun terakhir ini. Terima kasih selalu mengingatkanku untuk lebih dekat denganNya. Terima kasih selalu memberikan tanganmu untuk ku genggam saat aku merasa lemah. Terima kasih selalu memberikanku pelukan saat aku merasa jatuh. Terima kasih selalu membuatku merasa percaya bahwa apa yang aku alami sekarang ini adalah hal terindah yang sudah DIA takdirkan untukku. Terima kasih selalu bersedia mendengar keluh kesahku yang masih saja tentang sosok laki-laki masa laluku itu. Terima kasih selalu membuatku tertawa kembali setelah aku menangis tersedu setiap kita membahas tentang rasa sakit yang sudah timbul karena sosok masa laluku. Semakin aku urai, rasanya tak akan cukup rasa terima kasihku karena kehadiranmu.
Selamat berjuang di kota barumu nanti. Selamat menikmati suasana barumu di sana. Jangan pernah mau dikalahkan sama jarak. Sejauh apapun jarak kita nanti, selama itu masih bisa ditempuh, aku rasa tak ada alasan untuk kita tak saling bersua. Aku akan merindukan bermandikan pasir bersamamu. Aku akan merindukan menapaki garis pantai bersamamu. Aku akan merindukan mengabadikan indahnya senja bersamamu. Aku akan merindukan suasana TnT yang selalu heboh dengan rempongnya kita.  Aku akan merindukan pelukanmu yang selalu bisa menguatkanku. Aku akan merindukanmu, Vidya. Terima kasih sudah menjadi sosok saudara perempuanku yang tak pernah bosan mengingatkanku bahwa luka yang aku rasakan sekarang akan segera mengering. Aku beruntung pernah menghabiskan hari-hariku bersamamu. Jangan lupa mengunjungiku di sini. Kita masih punya janji menjelajah bumi Nusa Tenggara Timur bersama. Semoga Allah selalu melindungi setiap jengkal langkahmu di tempat barumu nanti. Kita akan bahagia dan harus bahagia, Vid. Hal terindah sudah DIA siapkan untuk kita pada waktu tepat yang sudah disusunNya untuk kita. I Love you my unbiological sister.

Komentar